Kamis, 28 Januari 2016

Kesenian dan Kebudayaan Papua

Kesenian dan Kebudayaan Papua




Indonesia merupakan Negara kepulauan yang luas yang terdiri dari banyak pulau yang membentang luas dari sabang hingga merauke dan memiliki banyak daerah disetiap pulaunya, dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia yang memiliki keragaman kebudayaan yang berbeda satu sama lain Karena banyaknya pulau yang ada Indonesia menyebabkan kesenian dan kebudayaan tiap pulau dan daerah tersebut berbeda satu dengan yang lain. Semua itu tidak menjadi suatu perbedaan yang akhirnya akan menjadi sebuah konflik diantara sesama warga Negara Indonesia. Seperti semboyan Negara kita yaitu Bhineka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda namun tetap satu jua.
Papua adalah sebuah provinsi yang terletak di paling timur Indonesia. Provinsi ini merupakan provinsi yang masih kental dan kaya akan kesenian dan kebudayaan yang ada di provinsi tersebut, provinsi ini memiliki berbagai suku seperti suku asmat yang mendiamin provinsi tersebut, dengan masyarakat yang sangat menjunjung tinggi kesenian dan kebudayaan yang ada di daerah mereka. Kesenian dan kebudayaan yang ada di daerah ini sangat menarik, dan unik. Sebagai warga negara Indonesia kita patut bangga dengan kesenian dan kebudayaan yang beraneka ragam yang terdapat di Negara Indonesia, negara tercinta. Dan kali ini saya akan mencoba membuat arikel mengenai beberapa kesenian dan kebudayaan yang ada di Papua.



Kesenian dan Kebudayaan Papua :
            Papua memiliki banyak kesenian dan kebudayaan yang ada di dalamnya, kesenian dan kebudayaan tersebut sangat unik dan menarik. Berikut beberapa kesenian dan kebudayaan yang ada di Papua :
Bahasa
Terdapat ratusan bahasa daerah yang berkembang pada kelompok etnik yang ada di Papua. Aneka Berbagai bahasa ini menyebabkan kesulitan dalam berkomunikasi antara satu kelompok etnik dengan kelompok etnik lainya. Oleh sebab itu, Bahasa Indonesia digunakan secara resmi oleh masyarakat-masyarakat di Papua bahkan hingga ke pedalaman. Namun ada masyarakat yang tidak mengerti bahasa Indonesia karena minimnya pendidikan yang ada di Papua

KESENIAN PAPUA

4 Tradisi Unik Di Papua Yang Jarang Diketahui - Papua, pulau paling timur di Indonesia ini mungkin tak asing lagi kita. Umumnya orang mengenal pulau Papua sebagai daerah yang sarat akan potensi sumber daya alamnya, dari potensi tambang yang terkenal dengan emasnya, sampai dengan potensi wisata unggulannya yaitu Raja Ampat.
4 Tradisi Unik Di Papua Yang Jarang Diketahui
4 Tradisi Unik Di Papua Yang Jarang Diketahui
Tak sekedar potensi alam, Papua juga terkenal memiliki kekayaan tradisi dan budaya. Beberapa tradisi dan kebudayaan dari pulau menyerupai burung ini, bahkan telah dikenal hingga ke mancanegara. Diantaranya adalah, seni ukir (pahat), dan festival budaya yang rutin dilakukan di Lembah Baliem (Pegunungan Jayawijaya). Tapi bukan hanya itu, dengan potensi lebih dari 200 suku dan bahasa di Papua, tersimpan tradisi unik lainnya yang tak banyak (jarang) diketahui.

Sebagai informasi tentang potensi tradisi unik di Papua, redaksi SpesialTips! telah merangkumnya dalam 4 Tradisi Unik Di Papua Yang Jarang Diketahui di bawah ini.

1. Tradisi Bakar Batu - Salah satu tradisi budaya tertua di Papua ini, dapat dikatakan sebagai simbol rasa syukur dan persaudaraan, akan tetapi di daerah tertentu Bakar batu biasanya juga dilakukan dalam prosesi upacara kematian. Tradisi Bakar Batu merupakan sebuah cara yang digunakan masyarakat Papua, untuk memasak beberapa jenis bahan makanan (Ubi, Singkong, daging Babi dan sayur-sayuran) di atas batu yang telah dipanaskan. Caranya pun tak sembarangan, ada beberapa tahapan untuk melakukan Bakar Batu, diantaranya adalah menyiapkan lubang untuk tempat menyusun kayu bakar dan batu, beserta bahan makanan yang akan dimasak. Setelah lubang tergali, batu-batu yang telah dikumpulkan disusun berdasarkan ukuran. Batu yang besar di letakkan pada bagian paling bawah, dan di bagian atas akan disusun kayu bakar. Selanjutnya lapisan kayu bakar tersebut akan dilapisi kembali dengan batu yang ukurannya lebih kecil, setelah itu proses pembakaran dilakukan untuk memanaskan batu. Setelah batu menjadi panas, barulah bahan makanan yang telah disiapkan disusun sedemikian rupa diatas batu tersebut. Lalu setelah semua bahan makanan tersebut matang, maka dilakukan kegiatan makan bersama. Tradisi Bakar Batu ini, memiliki beberapa sebutan (nama) yang berbeda untuk masing-masing daerah, namun biasanya dikenal dengan sebutan Barapen.
4 Tradisi Unik Di Papua Yang Jarang Diketahui
Tradisi Bakar Batu (Barapen)
(sumber gambar: menotimika.com)
2.  Tradisi Potong Jari Suku Dani - Banyak cara menunjukkan rasa berduka cita bila ditinggalkan anggota keluarga yang meninggal dunia. Namun, untuk suku Dani yang mendiami wilayah Lembah Baliem, di Papua rasa sedih dan duka cita diwujudkan dengan memotong jari, bila terdapat anggota keluarga seperti suami/istri, ayah, ibu, anak dan adik. Tradisi yang wajib dilakukan ini, menurut mereka adalah sebagai simbol dari kesedihan yang teramat dalam seseorang yang kehilangan anggota keluarganya, selain itu potong jari diartikan pula untuk mencegah kembali malapetaka yang menyebabkan kematian dalam keluarga tersebut. Tradisi potong jari ini dilakukan dengan berbagai banyak cara, mulai dari menggunakan benda tajam seperti pisau, kapak, atau parang. Cara lain yang digunakan adalah dengan menggigit ruas jarinya hingga putus, mengikatnya dengan seutas tali sehingga aliran darahnya terhenti dan ruas jari menjadi mati kemudian baru dilakukan pemotongan jari.
4 Tradisi Unik Di Papua Yang Jarang Diketahui
Tradisi Potong Jari
(sumber gambar: travel.detik.com)
3.  Tradisi Ararem Suku Biak - Tradisi unik lainnya di Papua adalah Ararem, yaitu prosesi mengantar mas kawin oleh suku Biak. Dalam prosesi ini, mas kawin akan diantarkan dengan berjalan kaki, disertai nyanyian dan tarian. Uniknya kebanyakan tradisi Ararem dilakukan dengan membawa dan mengibar-ngibarkan bendera merah putih, tak banyak referensi yang dapat menjelaskan mengapa dalam tradisi ini bendera tersebut digunakan. Keunikan tradisi di Papua oleh suku Biak dalam mengantar mas kawin dengan arak-arakan, serta membawa bendera negara tersebut, kemungkinan besar hanya satu-satunya di Indonesia dan tidak dilakukan oleh suku lain di luar Papua.
4 Tradisi Unik Di Papua Yang Jarang Diketahui
Tradisi Ararem Suku Biak
(sumber gambar: isnan-wijarno.com)
4. Tradisi Tato - Selama ini orang hanya mengira bahwa tradisi tato di Indonesia, hanya dilakukan oleh suku Dayak di Kalimantan. Akan tetapi di Papua ternyata terdapat tradisi merajah tubuh, yang telah berjalan turun temurun. Beberapa suku yang biasanya menghiasi tubuhnya dengan tato adalah suku Moi dan Meyakh di daerah Papua Barat. Motif tato yang dibubuhkan pada tubuh suku-suku di Papua memiliki perbedaan dan ciri tertentu, umumnya tato tersebut memiliki motif geometris atau garis-garis melingkar serta titik-titik berbentuk segitiga kerucut, atau tridiagonal yang dibariskan. Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan tato di Papua pun memiliki keunikan, diantaranya adalah menggunakan duri pohon sagu atau tulang ikan, dan mencelupkanannya kedalam campuran arang halus dan getah pohon langsat. Umumnya tato dilakukan pada bagian dada, pipi, kelopak mata, betis, pinggul, punggung dan juga di bagian tangan.

Kebudayaan Papua

Kebudayaan Papua

1. Rumah Adat
Salah satu contoh rumah adat Papua dinamakan Honai. Honai merupakan rumah adat Papua yang dihuni oleh suku Dani. Rumah tersebut terdiri dari dua lantai yaitu lantai pertama sebagai tempat tidur dan lantai kedua untuk tempat bersantai, makan dan mengerjakan kerajinan tangan. Pintu Honai amat kecil, tanpa jendela dan atapnya terbuat dari rumput lalang.
Rumah Adat Papua
Honai terbentuk seperti jamur dengan ketinggian sekitar 4m. Rumah itu luasnya sekitar12-16m. Dahulu anak laki laki diwajibkan berjaga jaga di Honai dari malam hingga pagi hari, sedangkan anak perempuan/para gadis boleh tidur di Honai secara berkelompok. Selain itu terdapat pula rumah yang berfungsi sebagai kuil animisme. Rumah itu berbentuk kerucut tinggi keatas.
2. Pakaian Adat
Pria Papua mengenakan pakaian adat berupa hiasan kepala, kalung yang terbuat dari gigi dan tulang hewan, kalung dari kerang, ikat pinggang dan sarung yang berumbai rumbai. Tombak beserta, tameng dengan hiasan yang khas ikut menyertai pakaian adatnya.
Wanitanya memakai kalung dari kerang dan gigi binatang, hiasan pada lengan serta pakaian berumbai rumbai.
Pakaian Adat Papua
3. Tari tarian Daerah Papua
a. Tari Selamat Datang, merupakan tari yang mempertunjukkan kegembiraan hati penduduk dalam menyambut para tamu yang dihormati.
b. Tari Musyoh, merupakan tari suci/keramat dalam upaya mengusir arwah orang meninggal karena kecelakaan.
c. Tari Mbes, merupakan tari garapan yang berfungsi sebagai tari penyambutan tamu. Yang unik dalam tari ini adalah adanya penggambaran tamu yang digotong dalam posisi berlentang pada sebuah perisai. Sementara tifa, yang ritmis dinamis ditengah perkikan perkikan khas, merupakan warna tersendiri bagi tari yang diangkat dari daerha Asmat ini.

BUDAYAAN TORAJA

MATERI
Suku Toraja adalah suku yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan, Indonesia. Populasinya diperkirakan sekitar 1 juta jiwa, dengan 500.000 di antaranya masih tinggal di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara, dan Kabupaten Mamasa. Mayoritas suku Toraja memeluk agama Kristen, sementara sebagian menganut Islam dan kepercayaan animisme yang dikenal sebagai Aluk To Dolo. Pemerintah Indonesia telah mengakui kepercayaan ini sebagai bagian dari Agama Hindu Dharma.
Kata toraja berasal dari bahasa Bugis, to riaja, yang berarti “orang yang berdiam di negeri atas”. Pemerintah kolonial Belanda menamai suku ini Toraja pada tahun 1909. Suku Toraja terkenal akan ritual pemakaman, rumah adat tongkonan dan ukiran kayunya. Ritual pemakaman Toraja merupakan peristiwa sosial yang penting, biasanya dihadiri oleh ratusan orang dan berlangsung selama beberapa hari.
Sebelum abad ke-20, suku Toraja tinggal di desa-desa otonom. Mereka masih menganut animisme dan belum tersentuh oleh dunia luar. Pada awal tahun 1900-an, misionaris Belanda datang dan menyebarkan agama Kristen. Setelah semakin terbuka kepada dunia luar pada tahun 1970-an, kabupaten Tana Toraja menjadi lambang pariwisata Indonesia. Tana Toraja dimanfaatkan oleh pengembang pariwisata dan dipelajari oleh antropolog. Masyarakat Toraja sejak tahun 1990-an mengalami transformasi budaya, dari masyarakat berkepercayaan tradisional dan agraris, menjadi masyarakat yang mayoritas beragama Kristen dan mengandalkan sektor pariwisata yang terus meningkat.

MAKALAH BUDAYAAN BATAK

A.    Kebudayaan Batak
        Orang Batak dewasa ini untuk bagian terbesar mendiami wilayah Sumatra Utara. Mulai dari perbatasan daerah istimewa Aceh di utara sampai perbatasan dengan Riau dan Sumatra barat di sebelah Selatan. Selain daripada itu, orang Batak juga mendiami tanah datar yang berada diantara pegunungan dengan pantai timur Sumatra utara dan pantai barat Sumatra utara. Dengan demikian maka orang batak ini mendiami dataran Tinggi karo,Langkat hulu, Deli hulu, Serdang hulu, Simalungun, Dairi, Toba, Humbang, Silindung, Angkola, dan Mandailing dan kabupaten tapanuli Tengah.
        Pada umumnya daerah ini terkenal iklim musim tanah di datar di antara daerah pegunungan dan pantai merupakan daerah subur untuk pertanian, sedangkan daerah pegunungan terdiri dari padang rumput. Daerah pegunungan itu, masih dapat memberikan hidup kepada penghuninya berkat penggunaan teknik irigasi dan penggunaan pupuk. Teknik pengolahanya dengan sistim tegalan dan sawah. Daerah sawah sehabis panen padi lalu di tanam palawija yang merupakan barang ekspor utama dari daerah itu. Ditempat yang penanaman padinya kurang menguntungkan maka di tanam seperti bawang kacang, buah-buahan dan nilam disamping hasil hutan lainya.
        Suatu hal yang menguntungkan bagi orang batak ialah, sejak jaman kemerdekaan jaringan jalan-jalan raya telah mencapai sampai keplosok-plosok. Dengan demikian prasarana yang menghubungkan dan memperkenalkan orang batak dengan dunia luar telah tersedia.

KEBUDAYAAN SUKU BATAK

 SEJARAH
       Kerajaan Batak didirikan oleh seorang Raja dalam negeri Toba sila-silahi (silalahi) lua’ Baligi (Luat Balige), kampung Parsoluhan, suku Pohan. Raja yang bersangkutan adalah Raja Kesaktian yang bernama Alang Pardoksi (Pardosi). Masa kejayaan kerajaan Batak dipimpin oleh raja yang bernama. Sultan Maharaja Bongsu pada tahun 1054 Hijriyah berhasil memakmurkan negerinya dengan berbagai kebijakan politiknya.

DESKRIPSI LOKASI
   Suku bangsa Batak dari Pulau Sumatra Utara. Daerah asal kediaman orang Batak dikenal dengan Daratan Tinggi Karo, Kangkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, Simalungun, Toba, Mandailing dan Tapanuli Tengah. Daerah ini dilalui oleh rangkaian Bukit Barisan di daerah Sumatra Utara dan terdapat sebuah danau besar dengan nama Danau Toba yang menjadi orang Batak. Dilihat dari wilayah administrative, mereka mendiami wilayah beberapa Kabupaten atau bagaian dari wilayah Sumatra Utara. Yaitu Kabupaten Karo, Simalungun, Dairi, Tapanuli Utara, dan Asahan.
UNSUR BUDAYA
A. Bahasa
Dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari, orang Batak menggunakan beberapa logat, ialah: (1)Logat Karo yang dipakai oleh orang Karo; (2) Logat Pakpak yang dipakai oleh Pakpak; (3) Logat Simalungun yang dipakai oleh Simalungun; (4) Logat Toba yang dipakai oleh orang Toba, Angkola dan Mandailing.
B. Pengetahuan
Orang Batak juga mengenal sistem gotong-royong kuno dalam hal bercocok tanam. Dalam bahasa Karo aktivitas itu disebut Raron, sedangkan dalam bahasa Toba hal itu disebut Marsiurupan. Sekelompok orang tetangga atau kerabat dekat bersama-sama mengerjakan tanah dan masing-masing anggota secara bergiliran. Raron itu merupakan satu pranata yang keanggotaannya sangat sukarela dan lamanya berdiri tergantung kepada persetujuan pesertanya.

MACAM-MACAM KESENIAN SUKU DAYAK

MACAM-MACAM KESENIAN SUKU DAYAK

Bentuk kesenian suku Dayak tidak bisa dilepaskan dari sejarah sosiologisnya. Berawal dari masyarakat primitif yang menganut animisme-dinamisme, kebudayaan suku ini berakulturasi dengan kebudayaan kaum pendatang seperti Jawa dan Tionghoa.
Agama yang dianggap lahir dari budaya setempat adalah Kaharingan. Pengaruh kuat agama Hindu dalam proses akulturasi ini menyebabkan Kaharingan dikategorikan ke dalam cabang agama tersebut. Dalam perkembangan berikutnya, ada akulturasi budaya Islam pengaruh Kesultanan Banjar di pusat kebudayaan suku Dayak.
Meskipun begitu, sebagian masyarakat Dayak tergolong teguh memegang kepercayaan dinamismenya. Untuk kelompok ini, sebagian besar memutuskan untuk memisahkan diri dan masuk semakin jauh ke pedalaman.



Macam-macam Kesenian Suku Dayak
Kebudayaan suku Dayak yang khas membentuk estetika yang tercermin dalam budaya dan keseniannya, meliputi seni tari, seni musik, seni drama, seni rupa, dan sebagainya.

Seni Tari
Banyaknya suku dan subsuku Dayak menimbulkan beragamnya seni tari tradisional. Secara garis besar, berdasarkan vocabuler tari, bisa diklasifikasikan menjadi 4 kelompok.
Tarian dengan gerak enerjik, keras dan staccato, adalah ciri kelompok tari Kendayan, yang dimiliki oleh suku Dayak Bukit, Banyuke, Lara, Darit, Belangin, Bakati, dan lain-lain, di sekitar Pontianak, Landak, dan Bengkayang.Tarian dengan gerak tangan membuka, gerakan halus, adalah ciri vocabuler tari Ribunic atau Bidayuh, yang berkembang di kalangan suku Dayak Dayak Ribun, Pandu, Pompakang, Lintang, Pangkodatan, Jangkang, Kembayan, Simpakang, dan lain-lain, di sekitar Sanggau Kapuas.Tarian dengan gerak pinggul yang dominan adalah ciri tari kelompok Ibanic yang dimiliki suku Dayak Iban, Mualang, Ketungau, Kantuk, Sebaruk, dan sebagainya, di sekitar Sanggau, Malenggang, Sekadau, Sintang, Kapuas, dan Serawak.Sedikit lebih halus adalah ciri kelompok Banuaka, yang dimiliki oleh suku Dayak Taman, Tamambaloh, Kalis, dan sebagainya, di sekitar Kapuas Hulu.
Sebagian besar tari Dayak adalah tari ritual upacara sesuai dengan agama Kaharingan. Misalnya, tari Ajat Temuai Datai. Tarian ini populer di kalangan Dayak Mualang dan berfungsi sebagai upacara penyambutan terhadap pahlawan yang pulang mengayau.
Di masa lalu, mengayau berarti pergi membunuh musuh, namun sekarang mengalami pergeseran makna. Mengayau berarti ‘melindungi pertanian, mendapatkan tambahan daya jiwa, dan sebagai daya tahan berdirinya suatu bangunan’.

Beberapa contoh tari yang lain, misalnya sebagai berikut.
1. Tari Gantar
Tarian ini menggambarkan orang menanam padi. Tongkat menggambarkan kayu penumbuk sedangkan bambu serta biji-bijian di dalamnya menggambarkan benih pada dan wadahnya. Tarian ini cukup terkenal dan sering disajikan dalam penyambutan tamu dan acara-acara lainnya. Tarian ini tidak hanya dikenal oleh suku Dayak Tunjung namun juga dikenal oleh suku Dayak Benuaq. Tarian ini dapat dibagi dalam tiga versi yaitu tari Gantar Rayatn, Gantar Busai dan Gantar Senak/Gantar Kusak.
2. Tari Kancet Papatai/Tari Perang
Tarian ini menceritakan tentang seorang pahlawan Dayak Kenyah berperang melawan musuhnya. Tarian ini sangat lincah, gesit, penuh semangat dan kadang-kadang diikuti oleh pekikan si penarinya. Dalam tarian ini, penari mempergunakan pakaian tradisional suku Dayak Kenyah dilengkapi dengan peralatan perang seperti mandau, perisai dan baju perang. Tarian ini diiringi dengan lagu Sak Paku dan hanya menggunakan alat musik Sampe.
3. Tari Kancet Ledo/Tari Gong
Jika tari Kancet Pepatay menggambarkan kejantanan dan keperkasaan pria Dayak Kenyah, sebaliknya tarian Kancet Ledo menggambarkan kelemah-lembutan seorang gadis bagaikan sebatang padi yang meliuk-liuk lembut ditiup angin. Tari ini dibawakan oleh seorang wanita dengan memakai pakaian tradisional suku Dayak Kenyah dan pada kedua belah tangannya memegang rangkaian bulu-bulu ekor burung Enggang. Tarian ini biasanya ditarikan di atas sebuah gong, sehingga Kancet Ledo disebut juga Tari Gong.
4. Tari Kancet Lasan
Menggambarkan kehidupan sehari-hari burung Enggang, burung yang dimuliakan oleh suku Dayak karena dianggap sebagai tanda keagungan dan kepahlawanan. Tari Kancet Lasan merupakan tarian tunggal wanita suku Dayak Kenyah yang sama gerak dan posisinya seperti Tarian Kancet Ledo, namun si penari tidak mempergunakan gong dan bulu-bulu burung Enggang dan juga si penari banyak mempergunakan posisi merendah dan berjongkok atau duduk dengan lutut menyentuh tanah/lantai. Tarian ini lebih menekankan pada gerakan burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan pohon.
5. Tari Serumpai
Ini merupakan tarian dari suku Dayak Benuaq yang dilakukan untuk menolak wabah penyakit dan mengobati orang yang digigit anjing gila. Disebut tarian Serumpai karena tarian ini diiringi alat musik Serumpai (sejenis seruling bambu).
6. Tarian Belian Bawo
Upacara Belian Bawo bertujuan untuk menolak penyakit, mengobati orang sakit, membayar nazar dan lain sebagainya. Setelah diubah menjadi tarian, tarian ini sering disajikan pada acara-acara kesenian lainnya. Tarian ini merupakan tarian dari suku Dayak Benuaq.

7. Tari Kuyang
Sebuah tarian Belian dari suku Dayak Benuaq untuk mengusir hantu-hantu yang menjaga pohon-pohon besar dan tinggi agar tidak menggangu manusia atau orang yang menebang pohon tersebut.
8. Tarian Pecuk Kina
Trian ini menggambarkan perpindahan suku Dayak Kenyah yang berpindah dari daerah Apo Kayan (Kab. Bulungan) ke daerah Long Segar (Kab. Kutai Barat) yang memakan waktu bertahun-tahun.
9. Tarian Datun
Tarian ini merupakan tarian bersama gadis suku Dayak Kenyah dengan jumlah tak pasti, boleh 10 hingga 20 orang. Menurut riwayatnya, tari bersama ini diciptakan oleh seorang kepala suku Dayak Kenyah di Apo Kayan yang bernama Nyik Selung sebagai tanda syukur dan kegembiraan atas kelahiran seorang cucunya. Kemudian tari ini berkembang ke segenap daerah suku Dayak Kenyah.
10. Tari Ngerangkau
Tarian adat dalam hal kematian dari suku Dayak Tunjung dan Benuaq. Tarian ini mempergunakan alat-alat penumbuk padi yang dibentur-benturkan secara teratur dalam posisi mendatar sehingga menimbulkan irama tertentu.
11. Tarian Baraga’Bagantar
Awalnya Baraga’Bagantar adalah upacara belian untuk merawat bayi dengan memohon bantuan dari Nayun Gantar. Sekarang upacara ini sudah digubah menjadi sebuah tarian oleh suku Dayak Benuaq.

Seni Musik
Tidak jauh beda dengan seni tari, seni musik suku Dayak didominasi musik-musik ritual. Musik itu merupakan alat berkomunikasi dan menyampaikan pesan kepada roh-roh.
Beberapa jenis alat musik suku Dayak adalah prahi, gimar, tuukng tuat, pampong, genikng, glunikng, jatung tutup, kadire, klentangan, dan lain-lain.
Masuknya Islam memberi pengaruh dalam seni musik Dayak, dengan dikenalnya musik tingkilan dan hadrah. Musik Tingkilan menyerupai seni musik gambus dan lagu yang dinyanyikan disebut betingkilan yang berarti ‘bersahut-sahutan’. Dibawakan oleh dua orang pria-wanita dengan isi lagu berupa nasihat, pujian, atau sindiran.
Berikut adalah beberapa kesenian musik suku Dayak
1. Ngendau
Ngendau ialah senda gurau yang dilagukan. Biasanya dilakukan oleh para remaja baik laki-laki ataupun perempuan secara bersaut-sautan.
2. Kalalai-lalai
Kalalai-lalai ialah nyanyian yang disertai tari-tarian Suku Dayak Mamadi daerah Kotawaringin.
3. Natum
Natum ialah kisah sejarah masa lalu yang dilagukan.
4. Natum Pangpangal
Natum Pangpangal ialah ratap tangis kesedihan pada saat terjadi kematian anggota keluarga yang dilagukan.
5. Dodoi
Dodoi ialah nyanyian ketika sedang berkayuh diperahu atau dirakit.
6. Dondong
Dondong ialah nyanyian pada saat menanam padi dan memotong padi.
7. Marung
Marung ialah nyanyian pada saat upacara atau pesta besar dan meriah.
8. Ngandan
Ngandan ialah nyanyian yang dinyanyikan oleh para lanjut usia yang ditujukan kepada generasi muda sebagai pujian, sanjungan dan rasa kasih sayang.
9. Mansana Bandar
Mansana artinya cerita epik yang dilagukan. Bandar ialah nama seorang tokoh yang sangat dipuja dizamannya. Bandar hidup di zaman lewu uju dan diyakini bahwa tokoh Bandar bukan hanya sekedar mitos. Hingga saat ini orang-orang tertentu yang bernazar kepada tokoh Bandar. Keharuman namanya karena pada kepribadiannya yang sangat simpatik dan menarik, disamping memiliki sifat kepahlawanan dan kesaktian yang tiada duanya. Banyak sansana tercipta untuk memuji dan mengagungkan tokoh Bandar ini, namun dengan versi yang berbeda-beda.
10. Karunya
Karunya ialah nyanyian yang diiringi suara musik sebagai pemujaan
kepada RanyingHatala.Dapat juga diadakan pada saat upacara
pengangkatan seorang pemimpin mereka atau untuk menyambut
kedatangan tamu yang sangat dihormati.
11. Baratabe
Baratabe ialah nyanyian untuk menyambut kedatangan pada tamu.
12. Kandan
Kandan ialah pantun yang dilagukan dan dilantunkan saut menyaut baik oleh laki-laki atau perempuan dalam suatu pesta perkawinan. Apabila pesta yang diadakan untuk menyambut tamu yang dihormati maka kalimat-kalimat yang dilantunkan lebih bersifat kalimat pujian, sanjungan, doa dan harapan mereka pada tamu yang dihormati tersebut. Tradisi ini biasa ditemukan pada Suku Dayak Siang atau Murung di Kecamatan Siang dan Murung, Kabupaten Barito Hulu.
13. Dedeo atau Ngaloak
Dedeo atau Ngaloak sama dengan Kandan hanya istilahnya saja yangberbeda, karena Dedeo atau Ngaloak adalah tradisi Suku Dayak DusunTengah didaerah Barito Tengah, Kalimantan Tengah.
14. Salengot
Salengot ialah pantun berirama yang biasa diadakan pada pesta
pernikahan, namun dalam upacara kematian Salengot terlarang oleh adat
untuk dilaksanakan. Salengot khusus dilakukan oleh laki-laki dalam
menceritakan riwayat hingga berlangsungnya pernikahan kedua mempelai
tersebut.


Alat musik yang biasa terdapat di dalam kebudayaan Suku Dayak adalah
sebagai berikut :
1. Garantung
Garantung adalah gong yang terdiri dari 5 atau 7 buah, terbuat dari tembaga.
2. Sarun
Sarun ialah alat musik pukul yang terbuat dari besi atau logam. Bunyi yang dihasilkan hanya lima nada.
3. Salung
Salung sama dengan Sarun, tetapi Salung terbuat dari bambu.
4. Kangkanung
Kangkanung ialah sejenis gong dengan ukuran lebih kecil berjumlah lima biji, terbuat dari tembaga.
5. Gandang Mara
Gandang Mara ialah alat musik perkusi sejenis gendang dengan ukuran setengah sampai tiga per empat meter. Bentuki silinder yang tewrbuat dari kayu dan pada ujung permukaan di tutup kulit rusa yang telah di keringkan. Kemudian di ikat rotan agar kencang dan lebih kencang lagi diberi pasak.

Seni Drama
Drama tradisional ditemukan pada masyarakat Kutai dalam bentuk kesenian Mamanda. Drama ini memainkan lakon kerajaan dan dimainkan dalam upacara adat seperti perkawinan atau khitanan. Bentuk pementasannya menyerupai ludruk atau ketoprak.

Seni Rupa
Seni rupa Dayak terlihat pada seni pahat dan patung yang didominasi motif-motif hias setempat yang banyak mengambil ciri alam dan roh dewa-dewa dan digunakan dalam upacara adat. Ada macam-macam patung dengan ragam fungsi, di antaranya sebagai berikut.
Patung azimat yang dianggap berkhasiat mengobati penyakit.Patung kelengkapan upacara.Patung blontang, semacam patung totem di masyarakat Indian. Selain itu, seni rupa Dayak terlihat pada seni kriya tradisional seperti kelembit (perisai), ulap doyo (kain adat), anjat (tas anyaman), bening aban (kain gendongan), seraong (topi), dan lain-lain. Kesenian suku Dayak adalah bagian dari kekayaan budaya Nusantara yang layak dibanggakan.

Sistem Religi Suku Dayak
Berdasarkan religinya, penduduk propinsi Kalimantan Tengah (suku dayak) dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu Islam, agama pribumi, Kristen, dan Katolik. Menurut laporan Perwakilan Departemen Agama Propinsi Klimabtan Tengah, maka orang islam merupakan golongan terbesar. Jumlah besar dari orang islam itu sudah tentu disebabkan karena di Propinsi Kalimantan Tengah sekarang ini ada banyak orang pendatang. Di daerah hilir sungai-sungai besar banyak orang pribumi atau orang dayak yang juga telah menjadi orang Islam sejak lebih dari satu abad lamanya, tetapi sebelum zaman perang dunia ke II, mereka biasanya tidak mau dianggap orang dayak lagi karena sebutan itu berarti orang udik, dan di dalam zaman itu dianggap merendahkan.
Agama asli penduduk pribumi adalah agama Kaharingan. Sebutan itu dipergunakan sesudah perang dunia ke II, waktu diantara penduduk pribumi Kalimantan timbul suatu kesadaran akan kepribadian budaya mereka sendiri dan suatu keinginan kuat untuk menghidupkan kembali kebudayaan Dayak yang asli. Agama kristen mulai masuk mulai pertengahan abad yang lalu, dan aliran agama kristen yang pada masa sekarang ini paling besar jumlah penganutnya adalah aliran Gereja Kalimantan Evangelis. Agama katolik baru disebarkan di kalangan orang Dayak mulai pada zaman kemerdekaan.
Umat Kaharingan percaya bahwa alam sekitar hidupnya itu penuh dengan makhluk-makhluk halus dan ruh-ruh yang menempati tiang rumah, batu-batu besar, pohon-pohon besar, hutan belukar, dan air, pokoknya alam sekeliling tempat tinggal manusia. Ada dua golongan ruh-ruh, ada golongan ruh-ruh yang baik dan golongan ruh jahat. Disamping itu ada pula makhluk halus yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan orang Dayak, ialah ruh nenek moyang. Menurut kepercayaan suku Dayak, jiwa yang mati itu meninggalkan tubuh dan menempati alam sekeliling tempat tinggal manusia sebagai ruh nenek moyang. Lama kelamaan ruh nenek moyang itu akan kembali kepada dewa tertinggi yang disebut “Ranying”, tetapi proses itu akan memakan waktu yang lama dan melalui berbagai macam rintangan dan ujian hingga akhirnya masuk ke dunia ruh yang bernama “Lewu Liau”dan menghadap Ranying.
Terwujudnya kepercayaan terhadap arwah nenek moyang dan makhluk halus lainnya terwujud dalam upacara keagamaan. Ada suatu rangkaian upacara yang dilakukan prang pada peristiwa-peristiwa penting selama hidupnya, seperti upacara menyambut kelahiran anak, upacara memandikan bayi untuk pertamakalinya, upacara memotong rambut bayi, dan juga upacara mengubur dan pembakaran mayat. Jika orang Dayak mati, mayatnya akan di letakkan di sebuah peti kayu berbentuk perahu lesung dan kemudian di bakar secara besar-besaran yang disebut Tiwah”. Dan setelah proses pembakaran itu selesai, tulang belulang terutama tengkoraknya digali lagi dan kemudian pihak keluarga memindahkannya ke pemakaman yang tetap, sebuah bangunan yang berukiran indah, yang disebut “Sandung”.
Karena acara pemakaman itu dilakukan secara besar-besaran oleh sejumlah keluarga, maka acara itu dapat berlangsung seminggu sampai tiga minggu berturut-turut. Karena banyaknya pengunjung yang ingin menyaksikan upacara itu, maka dibutuhkan biaya yang sangat besar oleh karena itu terpaksa upacara itu hanya bisa dilakukan sekali dalam tujuh atau delapan tahun sekali. Upacara itu juga diisi dengan nyanyian-nyanyian yang amat panjang tanpa menggunakan teks dan juga menampilkan tarian suci yang menarik.
Orang dayak juga mengenal upacara-upacara keagamaan yang dilakukan oleh beberapa keluarga, yaitu upacara yang bersangkutan dengan pertanian di ladang, dengan maksud untuk menambah kesuburan tanah, menolak hama, dan hasil bumi yang berlimpah. Dalam upacara tersebut, yang dipimpin oleh seorang yang bernama “Balian”, sering tampak berbagai unsur ilmu gaib.